Selasa, 02 Oktober 2012

Fitosterol, Suplemen dan Pangan Fungsional yang Masih Kontroversial





Apa itu Fitosterol?

Fitosterol termasuk golongan isoprenoid dan memiliki struktur yang mirip dengan kolesterol. Pada sel tumbuhan fitosterol memiliki peran dalam regulasi cairan dan permeabilitas membrane. Sebagian besar fitosterol dalam makanan berupa sitosterol dan campesterol. Fitosterol dan kolesterol memiliki struktur yang mirip tetapi metabolismenya berbeda. Fitosterol tidak disintesis dalam tubuh dan hanya diperoleh dari makanan seperti minyak sayur dan minyak zaitun serta buah dan kacang-kacangan.Fitosterol menghambat penyerapan kolesterol di dalam usus kemudian dieliminasi langsung oleh hati dan system empedu. 


Apa peran fitosterol bagi kesehatan? 

Terdapat produk plant sterol atau fitosterol yaitu Cytellin sebagai ‘obat’ untuk menurunkan kadar kolesterol dan digunakan dalam penatalaksanaan hiperkolesterolemia. Selain itu, terdapat pula berbagai produk makanan yang ditambahakan fitosterol dan dipasarkan ke masyarakat seperti salad dressing, susu, kedelai, yogurt, produk olahan keju, minuman rasa buah, bahkan sosis dan roti. Konsumsi produk-produk makanan tersebut secara terus-menerus dalam jangka panjang memungkinkan terjadinya akumulasi fitosterol yang dapat berefek negatif. Anjuran konsumsi fitosterol tidak boleh lebih dari 3 gram per hari. 

Konsumsi fitosterol diklaim dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL akan tetapi konsumsi lebih dari 3 gram per hari tidak menunjukkan penurunan kadar kolsterol yang lebih banyak. Keefektifan fitosterol dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah tidak hanya tergantung pada jumlah fitosterol yang dikonsumsi tetapi juga tergantung pada perbedaan metabolismenya. 

Berdasarkan penelitian pada hewan coba, selain menurunkan kadar kolesterol dalam darah ternyata konsumsi fitosterol juga meningkatkan kadar sterol dalam tubuh. Kadar sterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner karena memacu pengendapan sterol pada jariangan kardiovaskular. Selain itu, akumulasi sterol dapat menginduksi apoptosis sel endothelial sehingga menyebabkan sel tersebut kehilangan fungsinya bahkan mati. 

Berbeda dengan obat, pangan fungsional dipasarkan secara langsung kepada konsumen dan memiliki kontrol yang rendah. Kemungkinan pangan fungsional sebagai bahan yang berbahaya untuk dikonsumsi perlu mendapat perhatian khusus. Rekomendasi suplementasi pangan fungsional atau obat dengan sterol ester tumbuhan untuk menurunkan kadar kolesterol masih menjadi kontroversi yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. 

Jadi jangan mudah percaya dengan suplemen ataupun pangan fungsional yang belum teruji khasiatnya secara klinis. Karena di balik "manfaat" yang diumbar, mungkin terdapat efek samping yang bisa merugikan kesehatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar